Wednesday, December 16, 2015

Public Housing in Muara Baru Fishery Park - StuPA3 Project



©DoreneEvelyn


Haiii semuaaaaa~~
Sudah hampir lima bulan ga bikin postingan di sini.
Banyak rencana tulisan tapi semua hanya menjadi draft di notes ku saja hahaha. Maklum kuliah sibuknya kebangetan ampe napas aja jadi napas senen-kemis saking sibuknya.


Semester yang baru saja selesai ini aku mengambil studio perancangan arsitektur 3 serta beberapa kuliah tambahan di mana ada 2 kuliah tambahan yang cuma 3 sks tapi bebannya udah kayak ngambil studio. Jadi kayak ngambil 3 studio di dalam satu semester, nah gimana gak sibuknya kebangetan.


Udah gitu juga semester ini banyak tugas yang dikerjakan berkelompok. Jadinya semester ini menjadi penuh drama, entah antara diri sendiri dengan orang lain, maupun melihat konflik antar manusia di dalam studio. Awkward lah pokoknya. Tapi dengan banyaknya konflik maka jadi banyak pembelajaran. Khususnya untukku, aku jadi bisa mengenal pribadi orang lain dan juga bisa mengenal diri sendiri kalau berkonflik dengan orang lain. Dengan konflik juga selain menjauhkan yang ga cocok, bisa mendekatkan pula yang ga cocok. Aneh memang tapi begitulah hidup.


Di semester ini aku pun belajar bahwa dalam satu kelompok tidak bisa ada 2 kepala. Maksudnya akan runyam jika ada 2 orang yang punya ide dan jadi menguasai. Maka dari itu aku lebih pasif di semester ini, karena aku malas berkonflik apalagi dengan teman-teman studio yang masih muda 5 tahun dariku. Kebayang dong...masa aku berantem sama anak kecil ? :p
Jadinya aku super mengalah, hal yang sangat sulit buatku, tapi mungkin memang ini pelajaran bagiku agar tidak selalu merasa diri sendiri harus mengatur semuanya. Pelajaran juga untuk mempercayai orang lain serta untuk tidak terlalu mendominasi dalam pekerjaan dan juga hubungan.


Oke selesai curhatannya..


Kembali ke tema dari postingan ini yaitu project yang aku kerjakan di studio perancangan arsitektur 3 yaitu kawasan Muara Baru Fishery Park atau Taman Rekreasi Perikanan Muara Baru. Lokasi kawasan terletak di daerah Muara Baru, Jakarta Utara.
Studio kali ini memang mengambil tema rancang kota. Jadi lahan yang dirancang lumayan besar. Untuk lahan di Muara Baru ini saja luasannya sekitar 6 hektar. Tujuan perancangan ditentukan oleh tiap masing-masing kelompok setelah observasi langsung ke lahan dan menganalisanya.






maket bentukan massa bangunan pada kawasan, skala 1 : 200


Untuk kelompokku sendiri merancang kembali lahan ini bertujuan untuk menjadikannya sebagai kawasan rekreasi perikanan di mana terdapat pasar ikan besar di bagian Utara kawasan. Di dalamnya akan terdapat area pemancingan dan restoran tepi laut yang setelah membeli ikan segar bisa langsung dimasak lalu dimakan sambil menikmati pemandangan Laut Jawa.


Selain pasar ikan, program di dalam kawasan juga menyediakan Rusunami Muara Baru yang dapat menampung 1000 unit hunian untuk 1000 kepala keluarga yang sudah bermukim di lahan yang ada saat ini. Lalu juga ada area foodcourt + restoran + amphitheater + fasilitas lapangan olahraga (mini soccer) + gedung parkir kawasan seperti area Benton Junction, Karawaci gitu untuk interaksi publik. Serta ada fasilitas hotel bintang 3 dengan banyak ruang pertemuan untuk bisnis karena kawasan ini dekat dengan area industri. Semua program tersebut disatukan oleh groundscape yang mengambil tema The Overlapping Activities. Di mana setiap program saling tumpang tindih untuk memiliki hubungan satu sama lain sehingga terdapat sirkulasi menerus dan mudah untuk menuju ke setiap program di dalam kawasan. Tema tumpang tindih ini diwujudkan dalam zona peletakan program dan jalur sirkulasi antar program.




Kawasan Muara Baru Fishery Park, maket skala 1 : 200



Penjelasan di atas adalah tentang proyek besar kawasan yang dikerjakan satu kelompok besar. Untuk proyek kecilnya yang dikerjakan per 2 orang adalah proyek program-program yang ada di dalam kawasan. Aku dan temanku, Dorene, mendapat proyek program yaitu Rusunami Muara Baru.




Rusunami Muara Baru Fishery Park - Jakarta, maket skala 1 : 200

Keberadaan suatu kawasan kota tidak lepas dari manusianya. Adanya kota, karena adanya manusia yang menghuni. Maka dari itu fasilitas hunian perlu ada di dalam kawasan. Melihat dari area Muara Baru di mana saat ini masih menjadi pemukiman kalangan menengah ke bawah yang cukup padat. Jadi dibutuhkan hunian yang layak untuk menampung mereka. Dari data yang didapat terdapat 1000 KK yang terdaftar di daerah tersebut. Dan dengan luas area zona hunian yang ditentukan sangat kecil (52 m x 200 m) maka diputuskan untuk merancang collective housing yaitu Rusunami (Rumah Susun Sederhana Milik). Untuk memfasilitasi 1000 unit hunian maka hasil rancangan terdapat 4 bangunan yang memiliki ketinggian berbeda dari 12 lantai, 14 lantai, 16 lantai, sampai 18 lantai. Bentuk keseluruhan didapatkan dari skyline area tersebut yang mengikuti Rusunawa yang telah ada di bagian Barat dari lahan.




hasil bentukan massa bangunan

Rusunami yang dirancang tidak lepas dari pengaruh keberadaannya dalam kawasan. Karena zona hunian terletak di antara zona rekreasi & zona komersial. Maka bagian lantai 1 & 2 di area rusun dirancang untuk memfasilitasi juga zona tersebut dengan difungsikannya menjadi zona komersial & zona fasilitas sosial juga fasilitas umum. Zona komersial di lantai 1 & 2 rusun terdapat banyak toko-toko semipermanen yang menjual olahan makanan ikan dan souvenir-souvenir cantik hasil produksi dari penghuni rusun. Di lantai 2, terdapat toko-toko fashion dan juga workshop bagi pengunjung yang ingin ikut membuat souvenir dari kulit kerang dan hasil laut lainnya. Juga pada lantai 2 terdapat jembatan penghubung antara area pasar ikan lantai 2 dengan area restoran lantai 2. Baru kemudian dari lantai 3 menuju lantai tertinggi menjadi area hunian.





tipe unit hunian di dalam Rusunami Muara Baru






unit hunian tipe 40m2







fasad unit hunian dengan banyaknya bukaan dan balkon pribadi


Terdapat 3 tipe unit hunian yang dibedakan dari luasannya ada yang tipe 34 m2, 40 m2, dan 68 m2. Ketiga tipe ini terdapat di setiap lantai yang dihubungkan oleh sistem sirkulasi vertikal yaitu lift & tangga darurat. Di tiap lantai juga terdapat ruang interaksi antar tetangga yaitu ruang duduk di depan lift, ruang cuci bersama, ruang duduk di bagian tengah, dan kebun bersama di mana para warga dapat menanam tanaman berskala rendah seperti bawang, jahe, dll untuk bumbu dapur, dsb. Untuk mengatasi panasnya Jakarta maka tiap lantai terdapat void untuk sirkulasi udara cross ventilation secara horisontal juga vertikal. Serta tiap hunian diberikan balkon dan bukaan ventilasi yang besar.




struktur dinding Core & Rigid Frame


Dari struktur dan material yang digunakan dalam bangunan sangat dipengaruhi dari fungsi dan pengguna bangunan. Karena hunian ini ditujukan untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah maka penggunaan material, struktur, dan konstruksi untuk memiliki biaya yang rendah. Maka dari itu struktur yang digunakan adalah core & rigid frame dengan material beton bertulang dan pondasi tiang pancang dengan kedalaman sampai 30 m dari permukaan tanah.


Perancangan Rusunami ini memberikan pemahaman padaku mengenai kehidupan masyarakat mengengah ke bawah. Bagaimana dengan desain yang kami terapkan pada bangunan dapat membuat mereka merasakan perasaan "rumah" meskipun pada collective housing seperti rusun ini. Karena aku tahu bagi masyarakat kita yang sebagian besar masih tinggal di landed housing belum banyak yang bisa beradaptasi dengan hunian yang kolektif, apalagi yang bentuknya tersusun secara vertikal. Karena tetangga bukan hanya sebelah kanan-kiri-depan-belakang saja tetapi juga atas-bawah. Juga dengan cara hidup, di mana untuk hidup di collective housing harus sangat minimalis. Karena terbatasnya area ruang serta tempat penyimpanan dibanding jika hidup di landed housing.


Kesimpulan dari project studio perancangan arsitektur 3 kali ini adalah CAPE *duesh* Hahaha..ngerjain proyek pasti aja cape sih apalagi kurang tidur nya kebangetan. Bahkan sampai saat ini aku sedang memperbaiki waktu tidur dari jam 3 pagi bangun jam 7-8 pagi, jadi ya paling lambat jam 12 malem udah tidur. Semalem sih sudah lebih mendingan jam 1.30 malem udah tidur pules dan bangun jam 9 pagi (hampir 8 jam kan). Semoga mulai membaik saat masuk kuliah lagi.


Lalu juga aku makin kenal banyak anggota studio, cara kerja mereka, dan kepribadian mereka, dan aku juga makin mengenal para dosen. Bersyukur di UPH sistem mengajarnya cukup friendly. Jadi ilmu lebih mudah masuk meskipun kadang kritik suka bikin sakit hati tapi kesannya lebih seperti kritik dari teman yang tahu proses bukan kritik dari atasan yang ga tau apa-apa ujug-ujug menilai seenaknya.


Semoga studio semester depan dapat berjalan dengan baik juga jadi aku bisa segera lulus dan mengejar mimpiku~
Semangat !!





LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...