Friday, February 26, 2016

Transforming Lives - Human & Cities Seminar

Hari Kamis, 25 Februari 2016 kemarin, beberapa mahasiswa dari jurusan arsitektur dan desain interior Universitas Pelita Harapan menghadiri seminar Transforming Lives - Human & Cities di auditorium gedung BPPT 2, Jalan Mh. Thamrin, Jakarta.
Aku baru tahu ada seminar ini H-2 sebelum acara seminarnya, itu pun karena diajak teman satu studio. Untukku memang tidak wajib karena yang diwajibkan ikut hanya yang mengambil mata kuliah Arsitektur Perumahan (yang sudah aku ambil semester lalu) dan Studio Proyek Arsitektur B (aku mengambil Proyek Arsitektur A semester ini).


Photo © UPH




Karena acara seminar berlokasi di Jakarta maka tim dari UPH berangkat pukul 7 pagi dan baru sampai ke tempat seminar pukul 8.45 pagi pas banget 15 menit sebelum seminar dimulai. Tapi akhirnya seminarnya juga ngaret baru jam 9.20 dimulai. Yah biasalah kan budaya Indonesia..zzz..


Seminar ini diadakan oleh UPH - School of Design bekerja sama dengan jurusan Arsitektur UI, jurusan Planologi ITB, dan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Tujuannya adalah memberikan inspirasi dan insepsi bagaimana kota bisa berubah menjadi layak huni dengan mengutamakan warga kota agar bisa aman dan bahagia hidup di kota.


Ada 4 pembicara di seminar tersebut. Aku akan menjelaskan siapa mereka dan kesimpulan dari materi yang mereka jelaskan versiku. Jadi kalau ada dari kalian yang mengikuti seminar dan memiliki penangkapan berbeda dari materi yang dibawakan bisa juga menambahkan di kolom komentar yaa~


Sesi pertama ada 2 pembicara yaitu Ms Ame Engelhart dari Skidmore, Owings, & Merril LLP Associate (SOM) (linkedin : Ame M. Engelhart) & Mr. Michael King dari Nelson \ Nygaard Consulting Associates (linkedin : Michael King ) .




Photo © linkedin Ame M. Engelhart


Pembicara pertama yaitu Ms. Ame Engelhart adalah seorang arsitek dan urban planner. Beliau bekerja di SOM cabang kota Hong Kong selama hampir 20 tahun, dan pengalaman kerja secara keseluruhan dalam desain arsitektur, perencanaan kota, dan manajemen proyek sudah lebih dari 29 tahun.
Materi yang dibawakannya dalam seminar adalah tentang LIVABILITY.
Kesimpulan yang aku ambil dari hasil materi yang beliau bawakan adalah bagaimana kita menilai sebuah kota sebagai sebuah entitas kehidupan.
Ada sistem kehidupan di kota yang dapat menjadi pertimbangan utama untuk merancang kota yang lebih layak untuk kehidupan warganya. Untuk merancang sistem urbanisme berkelanjutan, menurut beliau yang harus menjadi dasar utama dalam perancangan adalah mempertimbangkan ekologi daerah setempat ditambah arsitektur yang telah ada dan membangun infrastruktur. Dari ketiga hal tersebut barulah mempertimbangkan pada bidang ekonomi untuk berkembang. Lalu kemudian ke bidang budaya.
Ekologi pada daerah setempat menjadi penting karena manusia butuh akses pada alam (untuk kebutuhan hidup dan relaksasi). Banyak orang Indonesia khususnya Jakarta yang mengira bahwa orang Indonesia malas jalan, tapi jika diberi fasilitas pedestrian yang baik maka akan membuat banyak penduduk lebih memilih untuk berjalan kaki. Lalu juga akses kepada alam perlu ada di dalam kota karena manusia butuh melihat hal-hal yang natural dan bisa diakses dalam 10 menit berjalan kaki. Taman pada kota juga dapat menaikan harga lahan di sekitarnya dan ini sangat bagus untuk bidang ekonomi.





Central Park, New York, USA
Photo © Pinterest


Kemudian pembangunan bangunan di dalam kota dan infrastuktur. Bangunan yang dibangun di dalam kota selayaknya dibangun tidak harus sama karena akan dirasa monoton tidak terlalu enak dilihat. Kepadatan pada kota bisa dimanfaatkan dengan menimbulkan banyak bangunan yang beragam. Dengan melihat suatu kota adalah sistem kehidupan maka pertimbangan ini akan membantu untuk mentransformasi kota menjadi tempat hunian yang baik bagi warganya.




Photo © Nelson Nygaard


Selanjutnya, pembicara kedua yaitu Mr. Michael King adalah "a designer of streets" desainer yang mendesain jalan penghubung pada kota. Beliau bekerja pada bironya tersebut di kota New York, USA. Sudah 20 tahun lebih berkarir untuk merancang jalan dan penghubung pada kota-kota seperti di New York, New Orleans, Buenos Aires, Bangkok, dll.
Materi yang dibawakan adalah BETTER STREETS, BETTER CITIES.
Kesimpulan yang aku ambil dari materi yang dibawakan oleh beliau adalah mengenai perancangan jalan yang baik di dalam kota sehingga penduduk dalam kota lebih senang untuk berjalan kaki dan lebih produktif sehingga mereka bisa lebih bahagia hidup di dalam kota.
Contoh kota yang dibahas dalam materi adalah yang memiliki sistem TOD (Transit-Oriented Development), di mana kota dirancang untuk berkembang sesuai dengan radius adanya infrastruktur transportasi. Jadi penduduk bisa mengakses transportasi dengan 10 menit berjalan kaki (sekitar 800 m) dan/atau 20 menit bersepeda (sekitar 5 km).
Cara yang paling utama adalah dengan TIDAK MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN KENDARAAN PRIBADI untuk pembangunan infratstruktur.
Jadi menurut beliau, dengan membuat jalan-jalan dengan lebar yang besar malah akan membuat penduduk lebih ingin menggunakan kendaraan pribadi. Dan juga dengan membangun area parkir juga membuat penduduk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Contohnya cerita dari beliau bahwa di New York, keluarga beliau memiliki kendaraan pribadi namun hanya digunakan paling banyak 2 kali seminggu karena ketika membawa kendaraan pribadi yang beliau pikirkan adalah di mana akan parkir. Karena kalau parkir sembarangan maka dendanya cukup besar. Jadi lebih baik membuat jalan yang kecil dan nyaman untuk pedestrian menyebrang jalan.



Transformasi area perempatan jalan di Mexico City, Mexico, dari yang berfokus untuk kendaraan menjadi fokus untuk pedestrian Photo © Pinterest

Fokus utama adalah untuk membuat fasilitas pedestrian yang baik pada jalan.
Di mana beliau memberikan contoh percobaan pada jalan di beberapa kota dengan memberikan bollard sementara warna jingga itu untuk membuat area pedestrian lebih lebar di jalan. Banyak pedestrian yang menilai bahwa hal tersebut membuat mereka lebih nyaman untuk berjalan kaki sehingga mereka akan melewati jalan tersebut lagi dengan berjalan kaki.
Area pedestrian yang nyaman untuk 2 orang lewat adalah minimal lebar sekitar 1,5 m dan jika lebar menjadi 1,8 m itu akan lebih nyaman lagi. Kemudian dengan membuat rem untuk membuat nyaman pedestrian ketika ada perbedaan ketinggian.
Serta dalam perancangan kota butuh desain ruang yang baik untuk menentukan tempat penyebrangan pada perempatan karena banyak area ruang jalan yang tidak terpakai dapat dimanfaatkan untuk pedestrian.
Perancangan jalan penghubung pada kota yang mengutamakan pedestrian dibanding kendaraan pribadi akan membuat kota menjadi lebih baik, karena penduduk kota akan lebih memilih untuk berjalan kaki. Mereka pun akan semakin sehat, produktif, dan terhindar dari stress karena macet sehingga mereka menjadi bahagia karena kota mereka juga bersih dari polusi kendaraan.


Setelah 2 pembicara mengungkapkan materi mereka ada respon juga dari 2 orang ahli dari Indonesia, yang salah satunya adalah Bu Himasari, dosen ITB yang pernah ngajar mata kuliah Arsitektur Modern dulu. Seperti biasa dalam seminar pasti ada diskusi dan tanya jawab. Dan akhirnya mulai juga waktu istirahat makan siang.
Makan siang gratis siapa yang ga suka ? hahaha
Makanannya enak pulaaaa duhh pantes sih UPH eksklusif banget kalau ngadain acara ya :p


Setelah hampir sejam istirahat maka jam 1 siang mulai kembali sesi kedua dengan pembicara Mrs. Helle Søholt dari Gehl Architects dan Pak Alwi Sjaaf dari School Of Design UPH.




Photo © Gehl Architects


Pembicara ketiga yaitu Mrs. Helle Søholt adalah arsitek, urban designer, dan CEO dari biro arsitekturnya. Beliau bekerja di bironya di Copenhagen, Denmark, yang sudah berdiri dari tahun 2000.
Materi yang dibawakan adalah tentang LIFE BETWEEN BUILDINGS.
Kesimpulan dari materi yang dibawakan beliau adalah dalam perencanaan dan perancangan kota dan arsitektur kita harus berfokus pada kehidupan di dalamnya yaitu penduduknya.
Pendekatan dalam perancangan kota dan arsitektur adalah mengenai kehidupan (Life) lalu berkembang pada ruang yang dibutuhkan (Space) kemudian pada bangunan yang akan dibangun (Buildings). Menurutnya tujuan dari sebuah kota bukan menjadi kota terbaik yang dapat menjadi kebanggaan (Best City) tapi tujuan dari sebuah kota adalah untuk berbagi nilai kehidupan terbaik bagi penduduknya (Shared Value).
Dengan merancang kota untuk penduduknya, maka yang pertama kali dibutuhkan adalah dengan mengetahui penduduknya !
Perilaku (BEHAVIOUR) dan Kebutuhan (NEEDS) dari penduduk yang menjadi pertimbangan paling utama dalam perancangan.
Aktivitas global yang paling disukai oleh manusia adalah melihat manusia lainnya (People Watching). Maka dari itu penduduk butuh ruang publik pada kota yang dapat memfasilitasi aktivitas global ini. Kesannya lucu tapi emang bener sih. Dalam merancang ruang dalam kota juga kita harus memperhatikan social bubble. Jadi ada jarak antar interaksi manusia dan manusia lainnya.




Area pedestrian di kota Vienna, Austria yang menjadi tempat penduduk berkegiatan, jalan-jalan, atau sekedar nongkrong karena manusia adalah makhluk sosial yang senang berinteraksi.
Photo © Pinterest


Untuk membuat ruang kota yang nyaman bagi penduduk maka harus mempertimbangkan untuk mengumpulkan, mengintegrasi, mengundang, dan membuka diri agar penduduk bisa berkegiatan dengan nyaman dan membuat kota menjadi lebih hidup. Contohnya pada desain fasad di mana bangunan memiliki desain fasad yang terbuka langsung ke area jalan dengan beragam desain dapat mengundang orang untuk datang berkegiatan di tempat tersebut sehingga kota menjadi lebih membahagiakan. Hal ini juga dipengaruhi oleh pandangan manusia di mana pandangan manusia secara umum melihat fasad lantai satu bangunan dan lantai bangunan tempat mereka berjalan melewatinya.
Menjadikan perilaku dan kebutuhan penduduk untuk pertimbangan perancangan kota akan membuat kota menjadi layak huni dan membahagiakan untuk penduduk.


Photo © Lippo Karawaci


Selanjutnya pembicara terakhir yaitu Pak Alwi Sjaaf. Beliau adalah Senior Advisor untuk School Of Design UPH, arsitek dan desainer interior.
Dalam materi yang dibawakannya, Beliau ingin memberikan insepsi kepada peserta seminar untuk bermimpi dan mewujudkan kota yang baik dan layak huni bagi penduduk Indonesia.


Macet (yang sudah pasti bikin stress) di Jalan MH Thamrin, Jakarta pas depan gedung BPPT tempat seminar kemarin.
Photo © Pinterest


Masalah kota yang diangkat tentunya dari Ibu Kota Jakarta. Dengan banyaknya masalah kota Jakarta adalah contoh buruk memang tapi dengan rasa keinginan kuat untuk merubahnya menjadi lebih baik dari para praktisi arsitek, akademis, urban planner, developer, pemerintah, dll yang bisa mengusahakan untuk mewujudkan kota menjadi lebih baik semoga dalam beberapa puluh tahun ke depan kita akan melihat kota-kota di Indonesia bisa layak huni dan memberikan kehidupan yang baik bagi penduduknya.


Setelah kedua pembicara ini selesai mengungkapkan materi mereka maka ada diskusi dan respon juga dari 2 ahli dalam negeri. Salah satu ahli yang merespon adalah Pak Baskoro Tedjo (dosen ITB juga) yang dengan kocaknya memberikan respon dengan cerita yang pernah beliau bawakan di mata kuliah Perilaku Lingkungan dulu. Tentang respon yang terjadi karena stimulus, dan jenis respon yang terprediksi dan tidak diprediksi. Juga cerita tentang fungsi Taman Lansia, Bandung yang membuat semua peserta seminar tertawa. Pak Baskoro ini emang kocak banget sih. =))


Penilaianku dari seminar ini adalah seminarnya sangat menarik ! (dan catering makan siangnya enak hahaha~)
Melihat beberapa kasus dan proyek dari luar negeri, memberikan pengetahuan padaku bahwa kota-kota di luar negeri sana yang kita lihat sudah sangat baik saat ini juga melewati proses yang sama dari kondisi kurang layak menjadi layak huni dan membahagiakan penduduknya.
Memberikan harapan juga pada kota-kota di Indonesia untuk sama seperti itu.
Sayangnya saat ini para ahli dalam urban planning dan arsitektur, pemerintah, dan developer masih berjalan sendiri-sendiri. Semuanya masih mengutamakan kepentingan masing-masing.




Taman film di bawah jalan layang Pasupati, Bandung yang dulunya cuma tempat kumuh ga kepake sekarang sudah jadi ruang terbuka publik yang bisa dimanfaatkan untuk nobar film atau pertandingan sepak bola.
Photo © Pinterest


Yang memberikan titik cerah adalah kota Bandung (yay..kota kelahiranku~).
Mungkin karena walikota Bandung saat ini, Pak Ridwan Kamil adalah arsitek dan urban planner sehingga bisa memberikan perubahan signifikan untuk fokus kepada penduduknya agar dapat membuat kota menjadi layak huni, memberikan keamanan dan kebahagiaan bagi penduduk, serta menaikan taraf hidup warganya.


Semoga hal tersebut juga dapat terjadi pada kota-kota di Indonesia lainnya. Sehingga taraf kehidupan warga Indonesia juga naik dan penduduk Indonesia bisa lebih bahagia dan bangga menjadi warga kota di Indonesia.


Semoga menginspirasi~







Saturday, February 20, 2016

Muara Baru-Jakarta Slums Observation Project

Observasi wilayah pemukiman kumuh di tepi laut Jawa yaitu di daerah Muara Baru, Jakarta. Proyek ini bagian dari mata kuliah Arsitektur Berbasis Komunitas yang aku ikuti di semester ini. Sebelum bercerita mengenai detail proyeknya, mari kepo dulu tentang apa sih arsitektur berbasis komunitas itu ? dan kenapa harus cape-cape pergi ke pemukiman kumuh begitu ?




Muara Baru, Jakarta Utara, DKI Jakarta


Arsitektur berbasis komunitas adalah proses untuk membawa keahlian profesi arsitek ke dalam komunitas, untuk memfasilitasi proses pada komunitas dalam membuat elemen fisik untuk komunitas tersebut sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka.
Menurutku arsitektur berbasis komunitas sangat menarik untuk memberi tahu masyarakat bahwa keahlian arsitek bukan hanya dapat mendesain bangunan yang besar, menarik, mewah, dan hanya untuk orang kaya saja. Tetapi keahlian arsitek juga dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.


Kenapa arsitek harus berperan dalam kehidupan masyarakat ?
Jawaban pertanyaan tiap orang akan sangat subjektif dalam hal ini. Namun banyak masyarakat khususnya kalangan ekonomi bawah di mana mereka butuh sesuatu tapi mereka tidak menyadarinya atau pun tidak dapat mengetahui apa yang benar-benar mereka butuhkan untuk menaikan taraf hidup mereka. Maka dari itu arsitek yang memiliki keahlian mendesain ruang dapat memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat dengan memberikan pendekatan desain untuk mewujudkan apa yang masyarakat butuhkan. Pekerjaan ini lebih ke arah kerja sosial. Jadi butuh keikhlasan dan keinginan besar untuk membantu masyarakat.


Aku sangat tertarik dalam bidang ini karena aku sadar bahwa manusia butuh kerja sosial. Banyak manusia tanpa sadar sebenarnya sudah melakukan kerja sosial dalam hidupnya untuk motif tertentu. Kalau aku merasa butuh kerja sosial untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang sudah aku dapat. Apalagi saat ini aku masih mahasiswa dan secara penuh masih dibiayai orang tua. Aku masih belum bisa memberikan sedekah dalam bentuk uang atau masih merasa bahwa uang tersebut bukan hasilku, jadi aku lebih senang bersedekah dengan membagi ilmu. Karena ilmu tidak akan hilang begitu cepat seperti uang dan dapat bermanfaat besar nantinya. Jadi saat aku butuh bersedekah maka dengan cara membantu masyarakat dengan pendekatan desain arsitektur adalah jawaban untukku.


Mari kembali ke proyek !!
Proyek ini sebenarnya adalah bagian dari proyek besar salah satu firma arsitektur & urban planning nirlaba dari USA yaitu Utopia (bisa cek websitenya di sini : http://www.utopiacities.org/)
Mereka fokus ke dalam arsitektur berbasis komunitas dengan memberikan solusi desain untuk pemukiman kumuh di seluruh dunia. Salah satu proyek mereka adalah untuk membantu memberikan solusi desain di daerah pemukiman kumuh di Muara Baru, Jakarta. Bekerja sama pula dengan Berkeley University of California dalam merancang kembali area tersebut. Karena proyek ini adalah kerja sosial maka tentunya dana pun terbatas. Utopia pun mengikut-sertakan para mahasiswa (yang kepo akan pengalaman dan sudah aman hidupnya) untuk berperan dalam desain. Untuk mahasiswa di Berkeley University of California mereka lebih fokus ke desain namun mereka butuh data dan foto daerah Muara Baru untuk dianalisa. Maka dari itu Utopia juga meminta bantuan dari jurusan arsitektur Universitas Pelita Harapan di Indonesia untuk mengobservasi tempat tersebut.


Untungnya di studio perancangan arsitektur 3 yang aku ikuti semester lalu adalah di Muara Baru (bisa cek proyeknya di sini : Muara Baru Public Housing)
Karena sudah tau lokasinya maka di hari kuliah pun diambil untuk mengobservasi kembali daerah Muara Baru, Jakarta. Observasi yang dilakukan hampir sama seperti yang biasa dilakukan saat survey lahan tempat proyek yang akan dibangun. Namun kali ini lebih berfokus pada data kualitas dengan mewawancarai penduduk di daerah tersebut. Observasi ini dilakukan oleh 11 mahasiswa (aku salah satunya) dan 2 dosen yang menjadi mentor kami.




Tempat parkir perahu nelayan di sebelah Pemukiman di atas laut


Sesampainya di sana setelah minta izin pada Ketua RT setempat maka kami pun berkunjung mengelilingi daerah tersebut ditemani Ketua RT nya yaitu Pak Nur.
Pada awalnya aku berkunjung masih membawa perspektif dari diriku bahwa tempat tersebut sangat kotor, bau, dan ga layak jadi tempat berhuni. Rumah semi permanen dibangun dengan material kayu dan bambu di atas laut dengan di bawahnya terlihat sekali bahwa air lautnya penuh limbah dan sampah. Material kayu yang ada di koridor juga dipasang seadanya. Dari cerita warga bahwa sering ada anak kecil terjatuh atau kakinya jadi masuk ke sela-sela kayu yang terpasang dan bahkan ada yang tercebur ke laut. Sedih, miris, prihatin, dan kasihan.




Koridor antar rumah




air laut + sampah




Juga banyak sampah-sampah dari hasil memulung langsung dibuang ke laut di bawah pemukiman. Sehingga air laut menjadi tercemar dan bau. Apalagi kalau sedang musim kemarau daerah tersebut cukup bau ditambah bau dari pasar ikan Muara Baru yang berada disebelahnya.


Setelah berkeliling sebentar dan masih memakai "kacamata" dari dalam diriku, aku pun berkesempatan ikut mengobrol dengan warga setempat. Dari hasil wawancara anehnya mereka bilang mereka sudah merasa nyaman tinggal di tempat tersebut. Aneh kan ?? Entah apa motifnya mungkin mereka ketakutan akan digusur dari tempat tersebut atau mereka saking sudah terbiasanya maka mereka merasa tinggal di tempat tersebut adalah sebuah kenyamanan.


Kami yang ikut berbincang menerima cerita-cerita mereka dan pendapat mereka tentang masalah pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perumahan. Keempat bidang tersebut menjadi topik utama dalam perbincangan kami. Dan karena tidak ingin terlalu formal jadi sebenernya seperti ngobrol-ngobrol biasa namun kami sisipkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dari 4 bidang tersebut.


Dari hasil wawancara, keempat bidang tersebut saling berkaitan. Mengenai pekerjaan, kebanyakan dari warga bekerja sebagai nelayan dan penjual ikan di pasar ikan. Jika tidak sedang pergi ke laut karena cuaca (apalagi musim hujan di mana angin barat muncul) maka mereka bekerja menjadi pemulung. Bagi yang memiliki nasib baik biasa jadi pedagang toko kelontong, tukang cuci, atau tukang ojek (karena bisa beli motor).
Sedihnya adalah pada masalah pendidikan, banyak dari warga merasa pendidikan kurang begitu penting karena untuk makan saja sulit bagaimana dengan biaya pendidikan ? Mereka pun mengaku bahwa mereka tidak mau memberikan pengharapan lebih kepada anak mereka untuk belajar lebih tinggi karena takutnya mereka tidak dapat membiayai sekolah anak mereka. Namun sebagian ada yang mengaku bahwa saat ini sudah lebih baik karena mereka dapat menyekolahkan ya minimal sampai SMP.
Untuk masalah kesehatan dan sanitasi, jika sakit mereka lebih memilih membeli obat di warung yang murah dibanding harus ke rumah sakit. Kalau sudah parah banget baru ke puskesmas itu juga jauh banget puskesmasnya katanya naik bajaj bisa ampe Rp 25.000,- sekali jalan. Sanitasi di rumahnya juga seadanya dan air menjadi komoditas yang sangat mahal maka dari itu untuk MCK mereka harus membeli air seharga Rp 15.000 se drum/20 liter.
Karena rumah di atas laut kebayang dong WC nya gimana ? Semua hasil buangan langsung menuju ke laut di bawah rumah mereka.
Jangan dibayangin pokoknya jangan dibayangin..heuugghh




pemukiman semi permanen bersebelahan langsung dengan pemukiman permanen


Ketiga bidang di atas semuanya berhubungan dengan bidang keempat yaitu perumahan.
Ya rumah mereka menjadi masalah utama. Mengetahui dari cerita bahwa rata-rata mereka adalah orang-orang pendatang dari wilayah lain di Indonesia, seperti ada yang dari Serang-Banten, Indramayu-Jawa Barat, Cirebon-Jawa Barat, Poso-Sulawesi Tengah, Bima-Nusa Tenggara Barat, dll. Kebanyakan juga adalah yang dari kecil sudah berada di sana karena ikut orang tua.
Alasan pindah dan menetap di sana adalah karena mencari pekerjaan. Mereka pun rata-rata menghuni rumah yang dimiliki orang tua mereka terdahulu atau membeli dengan harga amat sangat murah dari pemilik terdahulu. Meskipun mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda tapi mereka dapat hidup sangat rukun. Pak Nur selaku ketua RT pun bercerita bahwa jarang ada masalah antar warganya dan yang lebih penting bagi mereka adalah kehidupan bermukimnya. Seperti warga lebih tanggap bencana, jadi kalau ada air laut pasang datang hingga banjir masuk rumah maka warga sudah mengerti harus melakukan apa, dan jika terjadi kebakaran pun warga tidak langsung panik menyelamati diri sendiri tapi aktif langsung membantu memadamkan api.
Pak Nur juga cerita bahwa jika ada masalah biasanya langsung diselesaikan di tempat dan jika ada masalah kecil harus segera dihilangkan dan masalah besar diselesaikan menjadi lebih kecil sampai akhirnya pun harus hilang. Mungkin karena mereka merasa bernasib sama maka dari itu di antara mereka sudah banyak kemakluman dan rasa gotong royong pun terbentuk dalam hidup bertetangga. Namun sayangnya pemukiman mereka sangat tidak layak karena bidang lain dalam kehidupan mereka (pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan) terganggu.


Pembelajaran untukku dari wawancara yang dilakukan adalah mengetahui sudut pandang yang baru. Di mana pada awal aku datang untuk observasi yang ada di pikiranku adalah penilaian tentang tempat tersebut padahal ada cerita lebih dalam dari perspektif lain yang belum aku ketahui. Dari tahu akan cerita yang ada maka menambah titik terang akan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada di pemukiman tersebut.


Untuk memberikan solusi desain arsitektur kepada komunitas seperti di pemukiman di Muara Baru tersebut, tidak dapat dengan ujug-ujug memberikan hasil desain yang sudah jadi dan membangunnya untuk langsung dipakai. Tapi solusi desain diwujudkan dengan partisipasi masyarakat, fungsinya adalah untuk membangun rasa kepemilikan dan menginsepsi masyarakat untuk mengubah cara hidupnya menjadi lebih baik. Karena mendesain bangunan dan membangun bisa dilakukan siapa pun, tapi merawat agar tahan lama membutuhkan usaha luar biasa.




klien arsitek komunitas adalah masyarakat


Maka dari itu proyek arsitektur untuk komunitas biasanya membutuhkan waktu lama. Bukan masalah dana tetapi masalah proses desain dan pembangunannya membutuhkan partisipasi masyarakat yang terdiri dari banyak kepala itu sangat membutuhkan waktu. Ada yang bisa sampai 3 tahun baru dapat terbangun dan berfungsi dengan baik, atau untuk yang sampai dapat meningkatkan taraf kehidupan bisa sampai 10 tahun menurutku.


Semoga hasil observasi dari tim kami dapat bermanfaat untuk proses desain tim Utopia & mahasiswa Berkeley University of California sehingga hasil desain bukan hanya sekedar menjadi bangunan saja tapi bisa menyelesaikan masalah masyarakat pemukiman kumuh Muara Baru - Jakarta sampai ke akarnya.


Semoga menginspirasi~





Thursday, February 18, 2016

Hands To My Self - Selena Gomez MV Inspiration

Liburan yang lalu aku mengisi waktu dengan belajar gambar fesyen.
Karena saat itu pas banget si Selena Gomez merilis single terbarunya yaitu Hands To Myself. Menurutku lagunya menarik begitu pula dengan music video-nya.





Gaya Selena yang mulai berani sekarang didukung pula dengan stylist yang hebat jadi style nya di music video tersebut cukup menarik untuk aku jadikan contoh latihan menggambar fesyen.






Cara untuk latihan bisa dengan cara melihat gambar yang sudah ada lalu di-tracing atau gambar ulang pose yang dirasa cocok dengan baju yang akan digambar.
Pose-pose yang digunakan bisa berbeda tergantung baju yang akan digambar. Fungsinya adalah untuk memperlihatkan desain dalam bentuk terbaik.
Maka dari itu menggambar fesyen pun harus mempertimbangkan pose model pada gambar agar menonjolkan desain kita yang terbaik.


Sama seperti mendesain bangunan, saat presentasi desain pasti banyak yang menyajikan gambar perspektif dari sudut pandang yang terbaik untuk mengambil tampilan menarik dari desain. Prinsip tersebut sama seperti desain fesyen.


Semoga menginspirasi~



Saturday, February 13, 2016

Free Architecture Books at School Of Design

Hal yang paling bikin happy bulan ini adalah karena jurusan arsitektur di School of Design UPH memberikan buku gratis untuk umum. Buku tersebut disediakan di depan kantor baru School of Design UPH di lantai 2, gedung B UPH Karawaci. Sesuai tulisan di atas lemari bukunya, penyediaan buku gratisnya hanya untuk di bulan Februari 2016.


*sst..ini beberapa buku yang ga sengaja keambil kok*


Semua buku gratisannya dari penerbit UPH dan penulisnya pun ada dari dosen sampai mahasiswa. Seperti buku tahunan mahasiswa arsitektur yaitu Archive, yang berisi karya proyek studio yang terpilih dari tahun tersebut. Aku ingin sekali punya Archive yang satu bukunya bisa sampai Rp 100.000,- ++. Dengan disediakan secara gratis, tentu saja aku seneng banget bangeeeeeeeettt Jadinya karena kalap semua buku Archive dari tahun 2007-2012 aku ambil semuanya muhahaha.


Yang mengambil bukunya bukan hanya mahasiswa arsitektur saja. Tapi banyak juga khalayak umum, seperti siswa UPH college yang saat pulang se-angkot sama aku keliatan abis ngambil banyak buku gratisan juga dari sana. Jadi memang ya kalau tertarik bisa ambil aja langsung.


Cuma sesuai dengan saran Pak Stanley, Ketua Jurusan Arsitektur UPH, Bukunya lebih baik disimpan untuk dibaca dan dijadikan referensi bukan sekedar jadi bahan bacaan macam brosur yang abis baca langsung buang. Karena berguna banget buatku maka buku yang aku ambil akan menjadi tambahan koleksi juga di lemari bukuku.


Terima kasih untuk yang ngasih buku gratisan~


Yay Buku Baru !!





Tuesday, February 9, 2016

StuPA A : Condominium and Mall Project (Part 1)

Semester ini aku mengambil studio proyek arsitektur A yang berfokus kepada perancangan bangunan tinggi. Program pada bangunannya tidak hanya satu fungsi saja tetapi bisa dua fungsi atau lebih yang ada di dalam satu bangunan, bangunan seperti ini disebut Mix-Use Building. Karena fokus proyek ini mengenai perancangan bangunan tinggi maka dari itu aku merancang satu bangunan yang terdiri atas podium dan tower.


Untuk proyek yang aku lakukan, pada awalnya dilakukan penentuan di mana lahan yang akan dilakukan pembangunan di atasnya, baru kemudian dianalisa program apa saja yang cocok untuk disediakan di lahan tersebut. Aku memberikan opsi 3 lahan yang aku temukan di daerah Scientia-Summarecon Serpong, Jalan BSD Raya Utama-depan bangunan Forest Office Loft, dan satu lagi di belakang Summarecon Mall Serpong. Dari ketiga lahan tersebut aku analisa lebih dalam mulai dari analisa makro, analisa mikro kawasan dengan radius 5 km dari lahan, serta analisa lahan dan daerah sekitarnya yang berbatasan langsung.




*analisa lahan terpilih di belakang Summarecon Mall Serpong*


Terpilihlah lahan yang paling potensial adalah yang di belakang Summarecon Mall Serpong. Karena akses ke tempat tersebut cukup mudah dari mana saja. Lokasi yang sudah ramai dan berada di Jalan utama di mana area komersial, area perkantoran, dan area residensial sudah sangat ramai. Dari hasil analisaku juga program pada bangunan yang akan dirancang adalah untuk kondominium pada tower dengan Mall yang berhubungan langsung dengan SMS 2, aku menyebutnya SMS 3 hahaha.


Konsep yang aku ambil untuk proyek kondominium ini adalah URBAN FOREST. Jadi aku ingin tempat ini menjadi tempat kehidupan kaum urban yang dapat merasakan nuansa alam di ruang yang dirancang. Karena manusia secara natural butuh hidup berdampingan dengan alam. Maka dari itu konsep dipilih untuk memberikan fasilitas tersebut kepada pengguna ruang.






Untuk inspirasi yang menjadi preseden sendiri aku mengumpulkannya sesuai dengan konsep Urban Forest pada board berikut, :






Pada saat ini proses pra-rancangan masih berlangsung.
Karena masih menentukan akses, zona fungsi ruang, dan bentukan massa untuk nantinya dipresentasikan pada tanggal 23 Februari 2016 mendatang.


Semoga prosesnya lancar, mohon do'anya~





Friday, February 5, 2016

Fashion Sketches : Golden Globes 2016

Untuk mulai belajar mendesain, salah satu caranya adalah dengan mulai belajar menggambar sesuatu yang akan kita desain.
Sama seperti mendesain bangunan, saat aku kuliah semester pertama yang dipelajari pada studio dasar desain adalah cara menggambar bangunan dari denah, tampak berbagai sisi, potongan, dan perspektif dari berbagai arah. Jadi banyak referensi bangunan yang telah ada untuk dipakai latihan menggambar.


Nah bagi yang ingin belajar autodidak tentang fashion design, prinsipnya pun sama. Pertama kali harus belajar menggambarnya, asiknya penggambarannya tidak perlu banyak banget kayak desain bangunan. Yang paling utama tampak depan, tampak belakang, serta detail-detail yang menarik pada desain baju yang akan dibuat.


Salah satu cara latihan menggambar yang aku kerjakan adalah dengan melihat selebriti di red carpet suatu acara bergengsi. Karena mereka pasti memakai desain fesyen yang dirancang oleh desainer terkenal. Juga biasanya bakal jadi tren fesyen untuk khalayak umum ke depannya.


Pada awal Januari 2016 ini diadakan acara penghargaan Golden Globes 2016 untuk memberikan apresiasi bagi yang bekerja di bidang film. Red carpet nya menarik dan aku mengambil 5 dress yang dipakai selebritis di red carpet acara Golden Globes 2016 yang menurutku menarik. Lalu aku menggambar ulang dress tersebut.






*Ki-Ka ; Zendaya in Marchesa, Jennifer Lopez in Giambattista Vali, Jada Pinkett-Smith in Versace, Bryce Dallas-Howard in Jenny Packham, Jena Dewan-Tatum in Zuhair Murad*


Aku menggambarnya pada buku sketsa kecil yang aku beli di Scoop. Aku sangat suka karena mudah dibawa ke mana-mana. Dan aku bisa menggambar iseng di studio saat lagi senggang atau kalau bosan saat kuliah. Kertasnya juga menurutku bagus dari warnanya yang cokelat muda juga baik digunakan menggambar untuk pensil warna, pastel, spidol, dan pen.


Selanjutnya aku akan mensketsa dress yang menarik dari 22nd Screen Actors Guild Awards 2016 yang baru diadakan beberapa hari yang lalu.
Tunggu yaaa~





Tuesday, February 2, 2016

Finding New Content

Sudah satu bulan terlewati di tahun 2016, namun aku sama sekali belum rampung menulis postingan di blog ini. Banyak sekali ide di kepalaku tapi akhirnya aku pun kalah dengan tugas dan kelelahan. Sebenarnya kalau penting pasti bakal ada waktu tersisihkan tapi ya aku pun bingung kenapa selalu tidak ada waktu untuk menulis lagi ?
Apa benar tidak ada waktu ?
Atau kegiatan menulis menjadi tidak menarik lagi sehingga aku pun malas menyisihkan waktu ?


Aku melakukan mind-mapping lagi untuk mencari titik akar masalahnya. Dan akhirnya ketemulah akar masalahnya karena blog ini memang sudah keluar dari apa yang aku inginkan saat membuatnya pertama kali.


Pada awalnya aku ingin sharing tentang Lolita Fashion, info-info tentang fashion tersebut, hal-hal imut dan lucu, DIY barang-barang lucu, dll. Namun akhirnya aku melihat lebih banyak tentang kehidupan kuliahku dan curhatan ga jelas sampai hal random lainnya. Aku pun jadi keluar banget dari apa yang aku inginkan.
Hidupku sudah sibuk sekali mengurusi proyek-proyek fiktif yang menyita waktu hanya untuk dapet gelar sarjana. Jadinya yang aku inginkan untuk blog ini menjadi prioritas sangat rendah.


Lalu apa yang akan kulakukan dengan blog ini ?


Aku tidak ingin terlantar lagi seperti blogku saat zaman-zaman alay di echieadjah.blogspot.com yang sudah tidak pernah lagi aku urus semenjak aku bikin blog ini. Aku juga merasa sayang banget kalau aku hapus begitu saja blog ini karena sudah banyak sekali postingannya dan jujur saja melihat viewnya sehari sudah bisa sampai 200 view lebih padahal isinya geje banget tapi aku bersyukur banget masih ada yang buka page blogku.


Akhirnya dengan mind-mapping lagi aku tentukan bahwa sepertinya aku akan mengubah konten blog ini.


Selain dengan kehidupanku yang memang masih suka hal-hal lucu dan imut, ada 3 konten besar yang akan fokus di blog Lolita Everyday ini, yaitu :






1. Architecture
Ya Arsitektur, karena aku mengambil kuliah penuh waktu sampai mengambil alih hidupku juga jadi aku akan sering sharing tentang project yang kulakukan mulai dari proses sampai produk akhir. Yang aku lakukan hanya sharing, kalian bisa mengambil apa pun dari hasil sharing tersebut. Kalau bagus sehingga bisa menginspirasi itu sangat membuatku bersyukur. Kalau jelek sehingga bisa menginspirasi untuk tidak mengulang kesalahan yang sama juga membuatku sangat bersyukur. Kritik dan saran juga sangat disarankan karena bisa sama-sama sharing ilmu yang berguna bagi semua orang yang baca nantinya.


2. Fashion
Aku masih tertarik dengan Lolita Fashion, dan hal yang paling utama dibutuhkan adalah ilmu tentang Fashion Design. Saat ini aku masih belajar cara menggambar desain yang aku inginkan dengan cara membuat proyek-proyek fiktif juga hehehe. Karena belajarnya autodidak jadi harap maklum kalau hasilnya masih jelek banget.


3. Art
Aku sedang senang membuat sketsa cepat dari yang aku lihat dengan media pensil atau drawing pen. Lalu juga mewarnai gambar dengan cat air, karena menguasai cat air itu butuh latihan yang tidak sebentar.


Kesimpulannya dari konten baru di blog ini adalah DESIGN.
Mulai dari desain grafis, desain komunikasi visual, desain produk, desain fesyen, bahkan desain bangunan akan mengisi Lolita Everyday~
Karena Hidupku berada di ranah desain, maka untuk yang memiliki ketertarikan yang sama silakan mampir dan ikut share pengalaman juga yaaa Blog ini memang sangat berbeda dari blog kebanyakan tapi tak apalah seperti kata seseorang yang aku baca dari sebuah artikel di designsponge.com








Sampai jumpa di postingan selanjutnya~





LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...