Sunday, February 16, 2014

The Wolf Of Wall Street

Berawal dari kacaunya mood karena mulai berlebihannya hormon estrogen. Membuat tubuhku menjadi tidak karuan rasanya. Melakukan apa pun menjadi sangat tidak menyenangkan, padahal biasanya aku bisa mengendalikan mood yang buruk. Bahkan waktu tidur pun berubah karena insomnia yang kumat, membuatku kena migrain seharian saat di kampus.

Akhirnya aku memutuskan menghentikan semua kegiatanku untuk satu hari itu saja. Untungnya tidak ada kegiatan berarti di kampus pada hari itu.

Memutuskan untuk menonton film, karena telah lama dari terakhir kalinya aku menonton film di bioskop. Seingatku mungkin saat Catching Fire ditayangkannya.
Pemilihan jatuh di film The Wolf of Wall Street yang dibintangi oleh Leonardo Dicaprio. Sayangnya film ini sudah lama ditayangkan dan tinggal ditayangkan di Summarecon Mall Serpong XXI.
Dari kampus aku berniat ke sana untuk mengambil waktu nonton di siang hari. Namun karena aku keasikan membaca buku di perpustakaan sampai sore hari, aku pun mengambil waktu nonton di pukul 5 sore.



Seperti biasa, aku tidak mereview keseluruhan cerita. Jadi jika ingin review yang lengkap hingga ke synopsisnya bisa menuju ke IMDB : The Wolf of Wall Street.

Film ini memiliki rating Dewasa. Karena banyaknya kata-kata yang kurang baik, adegan seksual, penggunaan obat-obat terlarang dan minuman keras, dan masalah kejiwaan. Namun sangat direkomendasikan karena banyaknya pesan tersirat dari cerita film tersebut.
Diangkat dari buku biografi Jordan Frost, The Wolf of Wall Street. Di mana menceritakan saat dia menuju kekayaan tak terbatas akibat usahanya sebagai pialang saham yang banyak menggunakan cara ilegal (seperti menipu) untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya di kala berusia 20 tahunan.

Ambisinya akan memiliki banyak uang untuk keluar dari kemiskinan, membuatnya mengambil kesempatan dengan cara yang buruk. Keahliannya dalam berbicara dan meyakinkan orang, dipergunakan dengan sangat jahat dalam penipuan bersama dengan pegawai-pegawai utamanya. Hasil usaha kerasnya pun berbuah manis, uang komisi terus mengalir ke dalam kantungnya. Akhirnya ia pun menjadi salah satu biliuner di usia muda.

Seperti banyak diketahui bahwa hasil usaha yang didasari dari ambisi tidak akan pernah memuaskan. Meskipun sudah mendapatkan uang banyak, hasratnya tidak akan terpuaskan. Banyaknya uang yang datang dalam waktu cepat pun, akhirnya harus dilepaskan begitu cepat juga. Sedihnya lagi dalam memperoleh kekayaannya membuat si tokoh utama ini menjadi berubah bahkan selingkuh dari istri yang telah menemaninya di waktu susah. Semua itu karena uangnya yang berlimpah membuatnya bisa melakukan apa pun seenaknya.

Seakan-akan mengingatkan kita bahwa kekayaan yang kita punya merupakan sebuah kekuatan yang butuh tanggung jawab besar. Jika masih belum pantas untuk memilikinya, maka kekayaan itu akan membawa pengaruh buruk. Termasuk pengaruh buruk pada hubungan kita dengan orang-orang sekitar seperti keluarga, teman dekat, dan relasi. Karena Jordan Frost ini kaya, akhirnya sih dia menikah dengan teman selingkuhannya itu. Namun berakhir sama saja dengan perceraian padahal telah memiliki 2 orang anak. Karena akibat kekayaan membuatnya sangat sibuk sehingga tidak terlalu memperhatikan keluarganya. Miris.

Kekayaan yang datang dari suatu usaha dengan niat merugikan orang lain pun bisa berakibat buruk ke diri sendiri. Dengan terjerumusnya pada obat-obat terlarang dan minuman keras, membuatnya terus nagih hingga membuat tubuhnya kebal dan semakin membutuhkan dosis yang tinggi. Penggunaan tersebut juga dikarenakan pengalihan dari stress akibat usaha keras yang terlalu ambisius. Ditambah lagi tidak hanya obat-obatan terlarang saja yang membuat adiktif. Aktifitas seksual pun dibutuhkan bahkan karena merasa kaya, sehingga bisa menyewa PSK yang berbeda-beda sesuai keinginan. Belum lagi karena merugikan orang lain, menjadi incaran polisi karena perbuatannya yang ilegal.
Wah kerusakan hidup seperti itu tidak sebanding dengan kekayaan yang didapat.

Bagiku ceritanya cukup mengena.

Ambisi. Apa pun itu mau yang berniat baik atau pun buruk sekalian, selalu membuat diri tidak dapat terpuaskan. Apa pun hasil yang didapat, meskipun itu dapat apresiasi amat sangat baik pun, jika kita mengusahakannya berawal dari ambisi maka bersiap-siaplah mengalami rasa kecewa akibat rasa tidak-terpuaskan atau bahkan ingin sesuatu lebih dan lebih lagi. Jadi kita harus selalu sadar akan niat awal dari apa pun yang akan kita lakukan. Hasil yang didapat dari usaha kita, haruslah kita pasrah menerimanya apa pun yang terjadi dan bersyukur akan hal itu. Ini akan membuat kita terlatih untuk tidak berambisi yang membuat sesuatu malah mejadi buruk.

Kekayaan. Khususnya uang, yang selalu menjadi tujuan orang dalam bekerja atau pun berusaha. Siapa sih yang tidak ingin kaya ? Apalagi di Indonesia ini biasanya hanya yang kaya yang mudah untuk dihargai. Huft. Sayangnya banyak orang yang sudah merasa kaya pun tidak memiliki suatu standar sikap yang cukup pantas dalam kekayaannya. Biasanya berakhir dengan banyaknya masalah hidup yang datang bertubi-tubi. Membuatku berkesimpulan bahwa jika kamu ingin kaya, maka pantaskanlah dirimu. Memiliki kekuatan berupa kekayaan yang besar maka butuh tanggung jawab yang besar pula. Kekayaan bukanlah hak tetapi kewajiban. Kewajiban dari Sang Pencipta bagi kita untuk menggunakannya dengan baik demi kepentingan manusia lainnya.

Kesimpulannya, aku sangat bersyukur mengambil waktu khusus untuk libur di hari itu. Karena aku memang membutuhkannya, serta pilihan film yang aku tonton pun tidak hanya menghibur namun juga memberikan banyak pesan padaku. Membuatku menjadi semangat kembali untuk berusaha. Berhati-hati akan ancaman ambisi yang muncul akibat ego dan berusaha memantaskan diri untuk mendapatkan kewajiban sebagai pembuka pintu rezeki bagi orang lain.



No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...