Akhirnya diputuskan bahwa kami akan menghabiskan hari itu dengan menonton film.
Aku memang sangat suka menonton film, karena dari film selain bisa menghibur diri juga kadang bisa mendapatkan maksud mengenai hal-hal tertentu. Salah satu genre film yang aku suka adalah film horror. Setelah nonton The Conjuring, terdengar kabar bahwa pertengahan September 2013 akan rilis sekuel dari film Insidious yaitu Insidious chapter 2. Maka film ini masuk ke dalam daftar film yang ingin sekali aku tonton. Untung saja, BiibopH mau menemani juga nonton film ini. Padahal dia paling kurang suka film horror. Kadang kalau menonton film horror dengannya, terlihat bahwa dia selalu pura-pura menengok ke arahku biar tidak melihat adegan yang menakutkan. Lucu juga. :p Film horror termasuk ke dalam hal yang sublime. Dosen Pengantar Arsitektur, Pak David, bertutur bahwa hal yang sublime lawan dari hal yang memiliki beauty (keindahan). Hal yang memiliki keindahan, itu jika dilihat, ia hanya sekedar sebagai suatu objek yang menarik. Sedangkan hal yang sublime itu jika dilihat akan menimbulkan suatu rasa tertentu, biasanya yang paling berpengaruh adalah yang menggugah rasa negatif di diri kita seperti kengerian, sesuatu yang seram, menakutkan, membuat perasaan tidak enak, dll.
Nah sekarang mari masuk ke ranah film Insidious Chapter 2 ini. Yang akan aku bahas bukan mengenai sinopsis atau jalan cerita keseluruhan. Hanya hal-hal yang menarik di belakang itu semua, yang telah disusun apik secara sengaja mungkin oleh story writer atau pun sutradara, atau pun hal-hal yang tidak sengaja tersusun namun tiba-tiba mengirimkan maksud tertentu yang menggugahku. Namun mungkin akan banyak spoiler yang terlihat, jadi bagi yang belum menonton tapi kurang suka spoiler wah disarankan berbesar hati membaca tulisan ini yaa~ :p
Hal pertama yang menarik adalah rumah yang ada di dalam film. Ada dua rumah yang menonjol di film ini yaitu rumah keluarga Josh Lambert (yang menonjol sekali di film pertamanya) dan rumah Ibunya Josh Lambert, Lorraine Lambert. Di dalam cerita, karena rumah tempat tinggal Josh itu terasa dihantui oleh banyak hantu orang yang sudah meninggal lalu Josh dan keluarganya pindah ke rumah yang lebih kecil pun sama saja, akhirnya pindah lagi dan tinggal bersama Ibunya Josh. Tipikal rumah yang ada di film itu adalah bergaya rumah-rumah Amerika di zaman dulu. Material yang dipakai sebagai fasad itu kayu yang tersusun rapi. Di rumah yang pertama, terlihat mungkin ada 4 lantai. Dari lantai dasar, yang ada pintu masuk utama dan area publik (ruang tamu) serta semi publik (ruang keluarga, ruang makan, dan dapur). Lalu lantai 2 di atasnya adalah area privat keluarga karena berisi beberapa kamar tidur. Lantai 3 mungkin area loteng. Serta di bagian bawah lantai dasar biasanya terdapat basement untuk menyimpan barang.
*old creepy house..hiiyyyy*
Padahal aslinya tidak begitu seram kok.
*cuma rumah biasa dengan bentuk yang unik*
Untuk rumah kedua yaitu rumah Ibunya Josh. Juga memiliki tipikal gaya yang sama, Old-American House.
Cuma terlihat bentuknya lebih sederhana. Mirip seperti bangunan kastil, terlihat masif dengan sedikit bukaan. Serta terdapat hirarki dari bentuk itu karena adanya bentuk seperti menara di bagian salah satu sisinya.
Untuk fungsi ruangnya sama seperti yang terdapat di rumah yang pertama. Jika sudah melihat filmnya, akan lebih jelas terbayang beberapa ruang yang ada di rumah ini. Di rumah ini sepertinya terdapat 4 lantai. Lantai dasar dari pintu masuk utama kita akan melihat void seperti lobi, lalu sebelah kiri sejajar dengan pintu ruang tamu terdapat tangga menuju ke lantai 2. Sedangkan lurus ke depan terdapat jalur sirkulasi menuju ruang makan dan dapur yang ada di area belakang rumah. Di bagian kanan terdapat ruang piano, karena berisi sebuah grand piano yang dalam salah satu adegan menakutkan sempat berbunyi dan dikira dimainkan oleh hantu. Ternyata dimainkan oleh Josh yang asli untuk meminta tolong ke istrinya, Renai, tapi karena Renai tak bisa melihatnya jadi dikira benar-benar hantu. Lalu yang di bagian kiri pintu masuk yang terdapat ruang tamu serta ruang keluarga (sepertinya)
*Carl saat bertamu dan menemui Josh (isinya bukan Josh yg asli)*
nah ini salah satu adegan menakutkan saat Renai melihat salah satu hantu yang ternyata Ibunya Parker Crane, hantu jahat yang merasuki badannya Josh.
Sebenarnya yang menggelitik pikiranku adalah adanya lemari di depan sofa itu. Apa ya fungsinya ? O_Oa Apakah itu termasuk ruang keluarga ataukah hanya sekedar ruang baca misalnya ? Soalnya benar-benar tidak ada sekat terlihat antara ruang tamu dan daerah ruang tersebut. Terlihat ada ruang tersendiri adalah karena arah peletakan sofa duduk yang mengarah ke lemari. Uniknya di bagian ruangan tersebut juga terdapat pintu lagi yang menuju ke jalur sirkulasi utama dari area pintu masuk menuju dapur. Lalu ruang rumah yang juga menarik adalah area basement yang ternyata bukan hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, juga tempat mencuci karena ada mesin cuci serta mesin pengering baju.
Selain rumah, terdapat ruangan yang diekspos dalam film yang cukup menarik buatku. Pertama adalah sebuah ruang di rumah Elise (paranormal yang baik, sudah meninggal, hanya jiwanya yang hidup di dalam cerita itu) yang cukup memberikan kesan seram, dengan dinding berwarna merah serta lampu yang remang-remang. Terdapat beberapa perabotan dan tv yang terletak di depan dinding ruangan. Di tengah ruangan terdapat meja berbentuk lingkaran dan kursi yang mengitarinya.
Pokoknya kelihatan seperti ruang peramal. Ditambah ada patung kayu dengan masker yang sepertinya suka dipakai untuk menjadi medium sesuatu. Ruangannya makin terasa lebih seram. Nah karena efeknya inilah makanya ruangan ini termasuk ruangan yang menarik.
Kedua adalah ruangan di rumah Parker Crane (pembunuh yang berdandan jadi wanita memakai gaun pernikahan berwarna hitam), yaitu ruang tidur saat dia masih anak-anak. Karena Ibunya seperti punya penyakit psikologis (kita akan bahas selanjutnya~), maka Parker ini dulunya pada saat masih kecil harus berdandan menjadi perempuan dan kamarnya pun kesannya feminin sekali.
Wallpaper dinding kamarnya menarik. Lalu juga ada rumah boneka juga. Tempat tidur yang desainnya sangat imut, dengan gorden penutup jendela berwarna merah muda gelap yang sangat harmonis memberikan kesan feminin dan imut untuk anak perempuan.
*nah ini pas masih mendingnya*
*nah ini ceritanya pas saat ini, kamarnya sudah tidak ditempati berpuluh tahun lamanya. Serem juga yaaa*
Oke, cukup dari segi arsitektur. Kita menuju ke hal yang kedua, yaitu dari sisi psikologis. Bagiku terlihat bahwa masalah psikologis utama yang menonjol di film ini adalah yang dialami Ibunya Parker Crane, kita sebut saja Mrs. Crane. Mrs. Crane ini seperti memiliki penyakit psikologis yaitu salah satu mekanisme pertahanan diri berlebihan yang dilakukannya akibat pengaruh suatu hal terhadap egonya. Mrs. Crane memarahi Parker karena membuat gambar untuknya namun dengan tulisan "dari Parker Crane". Yang ia mau Parker itu adalah anak perempuan bernama Marilyn, sedangkan jelas-jelas Parker adalah anak lelaki yang diberi nama Parker oleh ayahnya. Mrs. Crane telah melakukan Denial, salah satu jenis mekanisme pertahanan diri menurut Freud yaitu penolakan terhadap suatu hal yang bertolak belakang dengan keinginan orang tersebut. Entah karena alasan lebih ingin anak perempuan daripada lelaki, atau pun juga bisa saja suami dari Mrs. Crane mengkhianati sehingga membuatnya dendam setengah mati dan dendam kepada lelaki sehingga membuat anak lelakinya harus berdandan seperti perempuan. Pola asuh dari Ibu yang memiliki penyakit psikologis pun berpengaruh besar pada psikologis anaknya, ini yang terjadi pada Parker. Karena sering dikasari Ibunya saat masih kecil, dia pun mengasari perempuan dan membunuh banyak perempuan untuk memuaskan egonya. Saat adegan dia dikasari Ibunya itu ia masih kecil, mungkin berumur 3-6 tahun. Umur yang masih memasuki tahap ketiga dalam perkembangan manusia, yaitu di mana Initiative vs Guilt (Inisiatif bertarung dengan Perasaan Bersalah). Seringnya dikasari membuatnya mendapat Guilt, yaitu terus merasa bersalah, sehingga saat sudah dewasa pun dia masih membawa hal negatif Guilt itu dari waktu masih kecil. Akhirnya dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, malah jadi hantu dan merasuki tubuhnya Josh Lambert. Intinya bagi kita perempuan, yang memang sudah serta akan ditakdirkan menjadi ibu, harus menjaga kesehatan sisi psikologis kita. Karena kita yang akan lebih banyak berinteraksi dengan anak kita, dan kesalahan sedikit dalam mengasuh saat mereka masih kecil akan berpengaruh besar pada hidup anak kita nantinya.
Selanjutnya hal ketiga yang menarik adalah sistem waktu. Diceritakan saat di dunia astral projection, tempat Josh asli terperangkap karena tubuhnya dikuasai Parker. Josh bisa berada di masa lalu saat dia masih kecil, atau pun bisa ke masa lalu saat adegan di film pertama Insidious. Aku juga pernah mendengar akan hal ini bahwa di dunia Jin, ini adalah alasan mengapa mereka bisa memindahkan materi dengan cepat atau pun mengadakan materi dengan begitu cepat sebenarnya karena hanya dunia kita ini lah yang kita rasakan bahwa kita terbatas akan waktu. Padahal mungkin saja itu hanya perasaan kita. Mungkin saja waktu itu hanyalah ilusi. Waktu itu tidak ada. Makanya banyak orang-orang dari sisi spiritualitas berkata bahwa nikmatilah waktu saat ini. Iya jadi hiduplah di saat ini, tidak perlu merisaukan masa depan yang belum terjadi atau pun menyesali masa lalu yang sudah lewat. Manusia yang sebenar-benarnya adalah yang hidup di saat ini. Hal ini yang banyak dilupakan oleh manusia. Jadi apakah masih ingin diperbudak waktu ?
Semoga tulisan ini menginspirasi.
Semua hal ini banyak menunjukan pikiran dan pendapat pribadi, jadi jika ingin menyanggah, berkomentar, memberikan kritik maupun saran, wah dengan senang hati diterima. Semoga pula penikmat film jadi tidak hanya sekedar menikmati, namun jadi perhatian pada hal-hal yang detail tentang yang ada di film yang sedang ditonton. :)
No comments:
Post a Comment