Sunday, February 23, 2014

"Jadi Arsitek Akan Masuk Neraka Dong ?"



Sebuah pertanyaan polos dariku.
Sayangnya diriku tidak sepolos itu.
Akhir-akhir ini sedang ada sesuatu yang booming di Facebook, yaitu artikel tentang Haramnya Menggambar Sesuatu Yang Hidup. Seperti yang diketahui bahwa melakukan sesuatu yang haram maka berdosa dan masuknya manusia ke dalam neraka.
Aku pun menjadi geleng-geleng kepala dibuatnya.

Suara hatiku berkata, jangan dihakimi.

Aku percaya sesuatu itu relatif. Yang benar belum tentu benar, maka yang salah pun belum tentu salah.
Menurutku yang ada hanyalah pemahaman pribadi. Tentunya kata-kata pun memiliki arti besar.

Kata-kata itu adalah alat komunikasi yang paling tidak efektif. Karena sering disalahpahami. Maka dari itu, komunikasi yang paling sering Tuhan lakukan ke kita adalah dari pengalaman. Seandainya berakhir dengan kata-kata itu berarti manusia saat itu sedang saking depresinya mengenai kehidupannya (termasuk kondisi lingkungan di saat itu) dan Tuhan pun dibutuhkan sekali sehingga harus berkomunikasi dalam bentuk kata-kata yang biasa kita kenal dengan wahyu.

Sayangnya suatu ajaran tertentu yang memang berasal dari kata-kata Tuhan, sering kali salah dipahami oleh manusia. Apalagi kata-kata Tuhan mungkin akan berbeda sekali pemahamannya jika kata-kata tersebut ditujukan untuk masalah suatu kaum di suatu zaman dulu sekali, dengan kita yang ada di zaman ini. Namun anehnya yang di zaman sekarang ini menerjemahkannya mentah-mentah layaknya kata-kata Tuhan tersebut ditujukan untuk kondisi sekarang yang tentunya berbeda dengan kondisi dahulu.

Terkesan sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Tapi ya karena dianjurkan untuk mengesampingkan penghakiman, aku berpikir positif bahwa mungkin kesadaran kolektif saat ini pemahamannya baru sampai segitu saja. Jadi karena semua hal itu relatif, berarti masih ada suatu yang baik di balik itu kan ? Makanya tenang dulu saja...jangan biarkan ketakutan akan dosa menghantui ya~

Dahulu, Tuhan yang aku kenal adalah Tuhan yang Penghukum. Dari segala nasehat orang tua, guru mengaji, guru agama, ceramah di sana-sini, selalu semuanya sama. Bahwa jika tidak menyembah Tuhan dengan melakukan ritual seperti di rukun Islam, maka kita akan berdosa, dan dosa-dosa yang berkumpul banyak akan membawa kita kepada panasnya api neraka. Sehingga kata-kata "selalu takut akan Tuhan" itu selalu terngiang-ngiang di kepala dan membuat emosiku selalu negatif karena takut. Terdapat kontradiksi juga bahwa Tuhan itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Tahu, Maha Tinggi, dan segala macam Maha lainnya.
Kalau Tuhan itu Maha segala, lalu mengapa butuh manusia menyembah padanya ?
Kalau Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa tega sekali menghukum kita, manusia yang tidak bisa apa-apa ?
Kalau Tuhan itu Maha Tahu, seharusnya Tuhan sudah tahu kan bahwa kita manusia ini pasti bisa lengah hingga melakukan kesalahan dan menjadi berdosa ?
Kontradiksi ini membuatku bingung, marah, sedih luar biasa, lalu aku pun menjadi benci dengan Tuhan. Kebencian ini tidak muncul begitu saja. Semua itu adalah kumpulan rasa di mana mengapa kemarin-kemarin aku mendapat kejadian yang tidak mengenakan. Aku merasa sudah berusaha keras untuk mengikuti kuliah di ITB, aku merasa sudah di jalur yang benar, tapi aku dijatuhkan terus dengan sakit ini lah sakit itu lah. Ditambah tekanan dari orang tua. Belum lagi, aku sempat hampir dipisahkan dari BiibopH di mana kami baru saja memulai hubungan. Aku yang selalu rajin beribadah, menghindari sekali berbuat kesalahan agar tidak menambah dosa, dan berjuang keras dengan yang aku kerjakan, malah terus dihantam banyak sekali masalah.
Aku bingung, sedih, dan marah. Aku menganggap Tuhan sangat jahat, Mengapa Ia tidak menolongku ? Apakah aku tidak cukup menyembah-Nya ? Mengapa semakin aku berusaha semakin aku sudah pasrah, masalah malah semakin banyak ?
Saat itulah aku benci dengan Tuhan.
Ditambah lagi aku benci dengan orang-orang sok alim yang menasehati terus tapi mereka juga masih tetap munafik.

Namun tahukah bahwa benci itu memiliki perbedaan tipis dengan cinta ?

Saat ini aku bersyukur sekali bahwa aku pernah membenci Tuhan. Saat kebencianku yang dalam itu membuatku seakan-akan menutup buku dari doktrin-doktrin agama yang lebih memberikanku hal negatif daripada positif. Saat kebencian, kita makin ingin tahu kekuatan yang kita benci ini.
Aku mencari tahu, membaca semua buku agama layaknya anak kecil lagi yang polos dan tidak tahu menahu tentang "Siapa itu Tuhan ?"
Bukan hanya buku agama sendiri, aku pun mencari tahu tentang agama orang lain, semua agama besar yang ada...namun aku masih belum puas karena merasa mereka sama saja. Doktrin di sana, doktrin di mari, merasa semuanya benar.

Berakhir di saat kesedihanku karena harus meninggalkan Bandung dan kembali ke Tangerang.
Kata-kata, "Tuhan itu sebenarnya sangat dekat, bahkan lebih dekat daripada urat nadi", membuat pencarianku di luar tubuhku terhenti dan aku mulai mencari di dalam diri.
Jika Tuhan memang dekat, berarti memang Ia juga berada di dalam diriku. Mulai dari itu setiap apa pun yang aku lakukan aku selalu berbicara padanya, serius, kadang bercerita kebahagiaan yang aku anggap adalah usahaku sendiri dan meremehkan-Nya, kadang bercerita kesedihanku dan kemarahanku lalu memaki-Nya.. Kebanyakan memang pelampiasan kebencianku sih, namun anehnya aku merasa Dia mendengarkanku. Meskipun Ia tidak membalas dengan kata-kata, tapi aku merasa bahwa ada suatu keberadaan seakan-akan aku ditemani dan didengar.

Barulah saat itu aku terbawa pada keinginan mempelajari hal-hal spiritual. Padahal aku tidak berminat dan berniat sekali pada awalnya. Mungkin aku memang sudah memasuki dunia spiritual, tapi aku tidak memaknainya sebagai suatu hal yang penting. Apalagi hal ini ku kenal sangat bertolak belakang dengan ajaran agama. Saat itulah, makin banyak pengalaman yang membawaku makin mengenal Tuhan. Kebencianku yang luar biasa, berpindah menjadi jatuh cinta yang sangat dalam dengan Sang Penciptaku. Bahwa Dia tidak seperti yang aku pikirkan sebelumnya, bahwa semua hal yang terjadi padaku adalah cara-Nya "menggoncangkan"-ku untuk sadar akan diriku dan hubunganku dengan-Nya.
Ketika itu pun aku merasa hidupku makin baik, lebih baik bahkan, aku merasa seperti diberi kehidupan baru.

Seperti yang ku katakan di awal, untuk kasusku. Tuhan tidak berkomunikasi denganku layaknya kata-kata, karena kata-kata dapat disalah artikan. Meskipun aku sering diberi jalan untuk membaca artikel atau buku-buku tertentu (karena aku memang senang membaca buku). Tuhan berkomunikasi denganku lewat pengalaman dan perasaan dari hati. Pengalaman dan perasaan tersebut juga sangat sesuai dengan tingkat pemahamanku, sehingga aku dapat mengambil hikmahnya.

Kembali ke unsur dosa. Ternyata Tuhan bukanlah Penghukum yang aku bahkan banyak orang mengira. Karena banyak ajaran berkata bahwa Tuhan mencipta manusia sesuai dengan citra-Nya, bukan berarti kita memberikan citra manusia kepada Tuhan.
Penghukum adalah citra manusia yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Karena ketakutannya membuatnya menghukum seseorang yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Citra manusia tersebut sangat tidak sesuai diberikan dengan Sang Pencipta.
Tuhan adalah suatu dzat Maha Besar.
Di mana kita manusia adalah bagian dari-Nya. Ia adalah Sang Pencipta segala makhluk di alam semesta yang adalah bagian dari-Nya pula. Dalam mengerti akan diri-Nya maka Ia menciptakan manusia dalam bentuk ruh yang diberi tubuh fisik untuk mendapatkan pengalaman dualitas. Alat yang diberinya kepada manusia adalah kehendak bebas untuk mencipta. Tuhan tidak mengatur hidup manusia, manusia sendiri yang mengatur kehidupannya. Namun Tuhan sudah bersiaga jika manusia membutuhkan pertolongan-Nya. Tuhan sangat dekat dan siap membantu kita saat kita merasa salah memilih kehendak. Benar-benar Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Serta juga yang Tuhan inginkan adalah agar manusia menyadari keberadaan-Nya, bahwa manusia juga adalah bagian dari diri-Nya yang satu. Kehendak bebas yang diberikan Tuhan yang menarik manusia pada hal baik atau pun buruk, yang anehnya di mata Tuhan, kedua hal tersebut adalah baik. Karena kedua hal tersebut dapat memberikan pengalaman bagi ruh manusia untuk berkembang. Mungkin ini lah hal yang tersirat dari surga dan neraka. Kedua hal ini bukanlah tempat, namun adalah kondisi. Layaknya ketika kita senang atau pun sedih, hanyalah kita saja lah yang merasakannya.
Mengenai Ruh manusia, mereka tidak mengenal yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Maka dari itulah kita sebagai manusia harus berhati-hati. Karena jika kita selalu berbuat hal buruk yang biasanya didasari dari ketakutan, maka akan terus menempel pada ruh sehingga ruh merasa bahwa dirinya berada di suatu hal buruk yang dianggapnya sebagai neraka. Baiknya kita selalu mendasari perilaku kita dengan cinta kasih yang akan terus lekat dengan ruh kita yang selalu merasakan kebaikan sehingga rasanya seperti di surga.

Ketakutan ini lah yang harus kita kenali dan atasi. Bahkan ketakutan akan Tuhan sekali pun. Berprasangka baiklah, karena Sang Pencipta kita bukanlah penghukum seperti yang dikira. Ketakutan malah akan membawa hal buruk ke diri kita khususnya ruh kita. Maka dari itu segala sesuatu entah pikiran, kata-kata, atau perbuatan, dasarilah dengan cinta kasih agar kebaikan akan selalu dekat dengan kita dan membuat hidup kita terasa indah~

Pemahamanku ini aku dapat dari pengalamanku. Keyakinanku adalah pengalaman spiritual ini berbeda pada tiap-tiap orang. Sehingga kita tidak bisa memaksakan suatu pemahaman pribadi atau bahkan suatu ajaran kepada orang lain. Lebih bijaknya, berilah tuntunan agar orang lain dapat mengalami spiritualitasnya dalam memahami dirinya sendiri.
Hal yang paling dasar menurutku adalah untuk berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta.
Serius.
Karena Tuhanlah yang sejatinya paling mengerti dirimu. Tidak perlu jauh-jauh mencari di luar, lihatlah ke dalam diri, Ia sangat dekat sekali denganmu.
Berteman baiklah, maka Ia akan memberi tahu segala rahasia-Nya.

Bagaimana dengan agama ?
Aku tidak menyalahkan agama, karena aku tahu agama itu sangat baik karena berasal dari Tuhan juga. Ritual di dalamnya adalah jalan menuju pencerahan untuk dekat dengan-Nya dan jalan tersebut bukan hanya satu. Jika ada suatu hal yang aneh dengan sistem ajaran, aku menganggapnya sebagai suatu miskonsepsi dari pemahaman manusia yang perlu dibenahi. Jadi sesuatu yang salah pun memang belum tentu salah, karena ada hal baik di dalam kesalahan tersebut yaitu pengalaman bagi manusia untuk berkembang.

Saat ini pun aku masih dalam proses menambah banyak pengalaman untuk ruh-ku berkembang. Banyak hal yang ingin aku pelajari. Semakin dekat dengan Tuhan, ketidakmungkinan menjadi hilang, dan pengetahuan yang tersembunyi makin terungkap. Aku pun semakin bertanggung jawab pada pikiran, perkataan, dan perbuatanku yang mempengaruhi kehendak bebas. Agar ruhku akan terus merasakan indahnya surga pada pengalaman apa pun yang dilaluinya. (◦'⌣'◦)


No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...